Sunday, March 10, 2024

Skandal Mengguncang Toshiba


Skandal Terbaru Mengguncang Toshiba: Tantangan Etika dan Manajemen Krisis.

Toshiba, salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia, baru-baru ini merasakan guncangan hebat akibat terlibat dalam serangkaian skandal yang mengguncang fondasi perusahaan tersebut. Skandal ini tidak hanya mengguncang reputasi perusahaan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang praktik bisnis yang etis dan efektivitas manajemen krisis perusahaan tersebut.

Bagaimana ini bisa terjadi? Toshiba, sebuah perusahaan raksasa asal Jepang, sudah berusia 150 tahun. Keterpurukan Toshiba adalah kisah tentang nasib buruk, manajemen yang parah dan disrupsi eksternal. Semuanya dimulai pada 2008 lewat krisis keuangan global. Ini bisa dianggap bagian nasib buruk. Seperti kebanyakan perusahaan lain, Toshiba terpukul oleh resesi yang hebat.

Sayangnya, tidak seperti kebanyakan perusahaan yang diterpa badai krisis, Toshiba tidak mengurus dan mengatasi aspek-aspek kemunduran yang dihadapi perusahaan. Alih-alih melaporkan kerugiannya, CEO ingin menunjukkan aspek profit sehingga perusahaan terlibat dalam malpraktek akuntansi. Dan inilah profil manajemen terburuk. Bayangkan, selama 8 tahun Toshiba melebih-lebihkan keuntungan berjalan yang mencapai US$ 1,2 miliar.


Skandal ini dimulai dari keluarnya laporan independen Kamis, tanggal 10 Juni 2021. Hasil penyelidikan mengatakan Toshiba telah meminta bantuan METI (Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri) untuk mencegah pemegang saham aktivis menggunakan proposal dan hak suara mereka pada rapat umum tahunan pada Juli 2020.

Pada dasarnya, skandal ini melibatkan penipuan akuntansi dan praktik yang tidak etis yang dilakukan oleh manajemen senior Toshiba. Salah satu poin fokus utama adalah divisi infrastruktur energi nuklir perusahaan, yang ternyata telah memanipulasi laporan keuangan untuk menutupi kerugian besar-besaran yang terkait dengan proyek konstruksi pembangkit listrik tenaga nuklir di luar negeri. Praktik semacam ini tidak hanya menyesatkan para investor dan pemangku kepentingan, tetapi juga menunjukkan kurangnya transparansi dan akuntabilitas di dalam perusahaan.


Toshiba adalah perusahaan manufaktur elektronik berteknologi tinggi yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang. Toshiba dibentuk pada tahun 1939, sebagai hasil penggabungan dua perusahaan. Tokyo Denki merupakan perusahaan yang bergerak di bidang barang konsumsi dan perusahaan mesin Shibaura Seisakusho. Ambil beberapa huruf di depan masing-masing perusahaan “TO” dan “SHIBa” dan kemudian lahirlah merek Toshiba. Pada tahun 1984 perusahaan ini resmi berubah menjadi Toshiba Corporation.

Toshiba pertama kali mengukir namanya sebagai raksasa elektronik dengan berbagai inovasi pada 1875. Perusahaan ini mengembangkan TV berwarna pertama di Jepang, masin cuci, hingga kulkas. Toshiba juga merupakan produsen pertama yang menjual rice cooker.

Toshiba kemudian menjadi merek global yang dikenal karena kecanggihan TV dan laptopnya. Perusahaan pun tumbuh menjadi konglomerat, dan menjadikannya pemain penting dalam industri semikonduktor dan tenaga nuklir.


Skandal ini mencuat ke permukaan setelah pengungkapan oleh sejumlah whistleblower internal, yang berani mengungkapkan kecurangan yang terjadi di perusahaan. Hal ini menyoroti pentingnya peran whistleblower dalam menjaga kejujuran dan akuntabilitas di perusahaan besar seperti Toshiba. Namun, penanganan awal terhadap keluhan-keluhan ini oleh manajemen perusahaan terkesan lamban dan tidak responsif, yang menimbulkan pertanyaan serius tentang budaya perusahaan yang mungkin tidak memungkinkan pengungkapan pelanggaran etika secara terbuka.

Respons publik terhadap skandal ini telah beragam, dengan sebagian besar pihak mengecam praktik-praktik tidak etis yang terungkap. Para investor, khususnya, telah merasakan dampak langsung dari penurunan harga saham yang signifikan setelah pengungkapan skandal. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan pasar terhadap Toshiba telah terguncang, dan pemulihan reputasi perusahaan ini akan menjadi tantangan besar.


Namun, skandal ini juga menjadi momentum bagi Toshiba untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap praktik bisnis dan budaya perusahaan mereka. Langkah-langkah perbaikan harus dilakukan tidak hanya untuk memulihkan kepercayaan publik, tetapi juga untuk memastikan bahwa praktik yang tidak etis dan penipuan tidak akan terulang di masa depan. Perubahan organisasi yang substansial, termasuk peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan budaya yang mendorong pengungkapan pelanggaran etika, harus menjadi prioritas utama.

Untuk mengatasi ketidakseimbangan antara utang dan aset, yang memaksa keluar dari bursa saham Tokyo atau delisting pada 20 Desember 2023. Keberadaan Toshiba sebagai entitas yang tercatat di bursa Tokyo akan berakhir, setelah 74 tahun tercatat di bursa Tokyo. Hal ini menyusul terjadinya satu dekade pergolakan dan skandal yang menjatuhkan salah satu merek terbesar di Jepang dan memicu terjadinya pembelian dan ketidakpastian masa depan.

Lalu manajemen memilih untuk menerima dana dari investor di luar negeri. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru termasuk ketidaksepakatan atas keputusan bisnis. Toshiba bangkrut dan menjual unit TV dan PC-nya, dan memisahkan divisi yang dianggap paling berharga, yaitu semikonduktor. Kesulitan Toshiba pada akhirnya disebabkan oleh kombinasi keputusan strategis yang buruk dan nasib buruk.


Di samping itu, manajemen krisis yang efektif juga akan menjadi kunci dalam menghadapi dampak skandal ini. Toshiba harus berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan semua pemangku kepentingan, termasuk investor, karyawan, dan pelanggan, untuk mendapatkan kembali kepercayaan yang telah hilang. Hal ini juga akan memerlukan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki praktik internal dan memastikan kepatuhan terhadap standar etika yang tinggi.


Dalam konteks yang lebih luas, skandal Toshiba adalah peringatan bagi perusahaan di seluruh dunia tentang pentingnya integritas dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika dalam setiap aspek operasi bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan harus belajar dari kesalahan Toshiba dan berkomitmen untuk menjaga transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam semua tindakan mereka. Hanya dengan demikian, mereka dapat membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang dan memenangkan kepercayaan pemangku kepentingan mereka.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/market/20210614145532-17-252962/jepang-heboh-skandal-toshiba-2-direktur-dipecat

https://aktual.kontan.co.id/news/ada-skandal-keberadaan-toshiba-di-bursa-tokyo-berakhir-setelah-74-tahun

https://accounting.binus.ac.id/2023/11/09/permasalahan-tata-kelola-perusahaan-di-kasus-kecurangan-toshiba/

https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/30592/skandal-hingga-delisting-cerita-raja-eletronik-toshiba-bangkrut

https://kumparan.com/donny-syofyan/ambruknya-toshiba-21qQR9EIS7F/1

No comments:

Post a Comment