Saturday, March 23, 2024

Asal Usul Gunung Anyar Surabaya

Gunung Anyar merupakan sebuah kecamatan di Surabaya Timur. Jika dilihat di peta Surabaya, Gunung Anyar juga salah satu kecamatan paling selatan, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo.

Pengembangan daerah Gunung Anyar Tambak melibatkan beberapa perumahan, seperti Wiguna, Perumahan Podho Joyo, Gunung Anyar Mas, Wisma Indah, Taman Gunung Anyar, Royal Park Regency, Perumahan PT Tirta Agung Prakarsa Makmur, Puri Gunung Anyar Regency, dan banyak lagi.

Dengan luas wilayah mencapai 441,792 hektar, Kecamatan Gunung Anyar menjadi bagian yang paling terlihat perubahannya dari peta perkembangan Surabaya. Meskipun terdapat empat Kelurahan, sebagian besar penduduk terkonsentrasi di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, sehingga memberikan ciri khas tersendiri pada Kelurahan ini.

Asal-usul nama Gunung Anyar. Menurutnya, nama tersebut diambil dari sebuah gunung kecil. Anyar berasal dari bahasa Jawa yang berarti “baru.” Sehingga Gununganyar yang dalam bahasa Indonesia bakunya mempunyai arti ‘Gunung baru.’

Gunung tersebut diketahui adalah Mud Volcano atau gunung lumpur yang ditemukan oleh Mbah Machmud.

Mud Volcano Gunung Anyar terjadi akibat aktivitas Sesar Kendeng dan Watukosek yang di mana aktivitas tersebut mengeluarkan cairan lumpur bercampur minyak yang menyembur ke atas permukaan tanah melewati rekahan.

Beberapa semburan lumpur juga ada di sekitar Surabaya seperti di Wringinanom Gresik, Gunung Anyar Surabaya, Tawangalun Sedati, Lapindo Porong.

Gunung kecil yang dimaksud adalah gundukan tanah setinggi sekitar 5 meter. gundukan tanah itu terbentuk secara alami dari semburan lumpur yang terjadi di tempat tersebut.

Meski hanya berupa gundukan tanah di dekat lapangan bola, terlihat seperti bukit kecil, namun memiliki daya tarik sendiri. Walau ukurannya kecil, kawah-kawah tersebut dapat menyemburkan lumpur dengan debit kecil.

Dari kejauhan, gundukan tanah tersebut lebih mirip bukit. Saat mendekat dan mendakinya, ada beberapa kawah mungil di puncak. Kawah itu berbentuk lubang dengan diameter tidak lebih dari 10 cm. Tapi, dari dalamnya tersembur lumpur dengan debit kecil.

Gunung berbentuk gundukan tersebut sudah ada sejak zaman Belanda. Kala itu tingginya mencapai 8 meter, namun karena longsor, ketinggiannya berkurang menjadi sekira 4 meter dari permukaan tanah.

Ketika diukur pada 2022 lalu, ketinggian dari Gunung Anyar 3,5 Mdpl. Sedangkan luasnya kurang lebih tiga hektar. 

Saat cuaca panas, fenomena ini menjadi lebih jelas, dengan gelembung-gelembung yang meletup dari dalam tanah berlumpur, menciptakan pemandangan yang unik.

Ketika semburan sedang deras, lumpur bisa mengalir sampai ke bawah. Warga bahkan membangun tanggul di sekitar gunung. Tujuannya, lumpur tidak meluber ke jalan. Menurut warga sekitar, bukan hanya lumpur yang menyembur. Kadang kala minyak juga keluar. Hal itu terlihat dari selokan di sekitar gunung yang airnya mengandung campuran minyak.

Diketahui Gunung Anyar masih satu sesar dengan Lumpur Lapindo, sebab tergabung dalam satu lintasan sesar Batu Kosek.

Selain itu, gunung ini mempunyai ciri khas banyak ditumbuhi kaktus yang menyebar ke seluruh permukaan gunung. Tak hanya kaktus, tapi struktur batuannya mengandung kerang-kerang yang menempel. Sedangkan gasnya jenis metana, dan mengeluarkan lumpur dengan jenis mudvolcano.

Menurut para pakar, lokasi Gunung Anyar tersebut bukanlah gunung api aktif. Namun merupakan semburan lumpur bekas pengeboran minyak pada zaman penjajahan Belanda. Semburan lumpur tersebut ada karena daerah Jawa Timur di bagian utara merupakan wilayah cekungan minyak bumi dan gas (migas).

Fenomena alam ini merupakan manifestasi dari endapan sedimen ratusan juta tahun lalu. Dimana, terdapat fosil dan bahan organik lainnya yang berubah fase menjadi cairan minyak, gas, dan air. Cairan ini terus bergerak dan tertampung dibawah permukaan tanah sehingga saat ada retakan, campuran cairan tersebut akan menyembur keluar.

Pada masa kolonial, Belanda melakukan pengeboran untuk mengambil minyak di sekitar semburan ini. Sementara di Surabaya, lapangan minyak Belanda ada di tiga tempat yaitu Lapangan Lidah, Lapangan Krukah, dan Lapangan Kuti-Anyar (Kutisari hingga Gunung Anyar). 

Eksploitasi migas Belanda sekitar tahun 1880-dan berhenti operasi tahun 1930-an. Lapangan migas Belanda kemudian ditinggalkan Belanda pada tahun 1930 karena produksi minyaknya semakin menurun. Setelah ditinggalkan Belanda, lapangan migas seiring berjalannya waktu berubah menjadi perumahan padat termasuk di Gunung Anyar. Jadi kawasan tersebut berupa rawa-rawa tidak berpenghuni setelah ditinggalkan. Penghuni datang kesitu tahun 1980-an.

Meski tidak berstatus bahaya, semburan lumpur tersebut tetap harus diperhatikan, jangan sampai semburan menguat dan menimbulkan efek kesehatan.

Perlu adanya perhatian dari seluruh pihak. Penanaman beberapa jenis tumbuhan dan pembangunan semacam tanggul perlu dilakukan untuk meminimalisir luberan lumpur. Semburannya sudah gak bisa ditutup tapi bisa dipagari.

Sejarah Gunung Anyar, dengan gundukan tanahnya yang menjadi cikal bakal Kecamatan, membawa kita pada perjalanan yang menggabungkan realitas fisik dengan unsur mistis dalam kehidupan masyarakat setempat. Meskipun mungkin tidak terlihat sebagai gunung dalam arti konvensional, Gunung Anyar tetap memiliki pesona dan keunikan yang melekat dalam cerita dan kepercayaan warganya.


https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6247402/asal-nama-gunung-anyar-surabaya-ada-semburan-lumpur-sejak-zaman-mataram

https://jateng.akurat.co/lifestyle/1333606292/pesona-dan-legenda-gunung-anyar-keunikan-sejarah-sebuah-gunung-kecil-di-surabaya?page=2

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/11/27/asal-jalan-gunung-anyar-di-surabaya-ternyata-memang-memiliki-gunung

https://surabaya.jatimnetwork.com/surabaya/5210186938/gunung-anyar-bukti-surabaya-punya-gunung-volcano-seru-cocok-buat-hiking-di-tengah-pemukiman

https://surabaya.jatimnetwork.com/surabaya/5210186938/gunung-anyar-bukti-surabaya-punya-gunung-volcano-seru-cocok-buat-hiking-di-tengah-pemukiman

https://surabaya.go.id/id/berita/25663/melihat-gunung-mini-yang-merupa

https://www.actasurya.com/dibalik-gunung-anyar-yang-memiliki-potensi-alam/

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/10/100000665/viral-video-sebut-gunung-api-aktif-muncul-di-surabaya-benarkah-?page=all.

https://www.superradio.id/fenomena-mud-volcano-di-gunung-anyar/

No comments:

Post a Comment