The Body Shop, sebuah merek kosmetik yang sebelumnya dianggap sebagai pionir dalam industri kecantikan yang berfokus pada keberlanjutan dan etika, kini terperosok dalam krisis keuangan yang mengancam eksistensinya. Perusahaan yang didirikan oleh Anita Roddick pada tahun 1976 di Brighton, Inggris, telah menjadi simbol gerakan kosmetik yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Namun, kebangkrutan yang melanda The Body Shop menandai akhir dari sebuah era di mana konsumen semakin sadar akan dampak produk kecantikan terhadap planet dan masyarakat.
The Body Shop, menghentikan seluruh kegiatan operasi di Amerika Serikat (AS) dan akan menutup puluhan toko lainnya yang berada di Kanada. Kebijakan ini diambil setelah perusahaan tersebut mengajukan kebangkrutan.
Perusahaan kosmetik yang berbasis di Inggris itu menyatakan anak perusahaannya di AS sudah mengajukan kebangkrutan dan tidak lagi beroperasi sejak 1 Maret.
Pemicu lantaran kondisi inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara di wilayah Kanada 33 dari 105 toko akan ditutup. The Body Shop juga mengatakan pihaknya akan menghentikan seluruh aktivitas penjualan online melalui e-commerce, namun semua toko di negara itu yang tidak ditutup akan tetap buka untuk saat ini.
Di luar itu, sebelum menutup seluruh tokonya di AS dan puluhan toko lain di Kanada, The Body Shop juga telah menutup hampir setengah dari 198 tokonya di Inggris.
Penutupan toko di Inggris ini dilakukan sebagai upaya restrukturisasi perusahaan. Di mana saat itu brand kosmetik tersebut sempat mempekerjakan sekitar 2.200 orang di Britania Raya, termasuk 750 staf di kantor pusatnya.
Sebagai informasi, The Body Shop didirikan pada 1976 di Inggris oleh aktivis hak asasi manusia dan aktivis lingkungan hidup Anita Roddick. Ini adalah salah satu perusahaan pertama yang melarang pengujian pada hewan untuk banyak produknya.
Setelah bergabung dengan L'Oréal pada tahun 2006, The Body Shop mulai kehilangan jejaknya sebagai pelopor keberlanjutan dalam industri kecantikan. Meskipun aliansi ini awalnya menjanjikan dukungan keuangan yang kuat, banyak yang percaya bahwa nilai-nilai inti merek itu mulai tergerus oleh tekanan dari industrinya sendiri.
Pada tahun 2019, perusahaan ini mendapatkan sertifikasi sebagai "B Corp," sebuah sebutan yang diberikan kepada perusahaan yang memenuhi standar transparansi dan kesadaran lingkungan tertentu. Pada 2023 perusahaan ini telah berhasil memiliki lebih dari 2.500 lokasi ritel di lebih dari 80 negara. Brand ini juga tercatat telah tersedia untuk dibeli secara online di lebih dari 60 pasar.
Banyak pengamat industri menyatakan bahwa The Body Shop kehilangan daya tariknya sebagai merek yang berkomitmen pada keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan perlindungan hewan.
Penurunan penjualan yang signifikan dan kesulitan finansial terus menghantui perusahaan ini dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran pesaing-pesaing baru dalam industri kecantikan yang menekankan pada aspek-aspek seperti keberlanjutan, inovasi produk, dan pemasaran digital yang kuat semakin memperburuk situasi The Body Shop. Sementara itu, penekanan yang semakin besar pada pengalaman konsumen dan personalisasi produk juga telah membuat The Body Shop tertinggal di belakang.
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap kebangkrutan The Body Shop adalah perubahan preferensi konsumen yang lebih memilih merek kecantikan yang menawarkan berbagai pilihan produk, kualitas premium, dan harga yang kompetitif. Model bisnis The Body Shop yang fokus pada produk-produk berbasis bahan alami dengan harga yang lebih tinggi telah mengalami tekanan dari merek-merek sejenis yang menawarkan alternatif yang lebih terjangkau.
Dalam upaya untuk bertahan, The Body Shop telah melakukan berbagai strategi restrukturisasi, termasuk penutupan toko-toko yang tidak menguntungkan dan pengurangan biaya operasional. Namun, upaya-upaya ini belum mampu mengubah arah keuangan perusahaan secara signifikan.
Sementara para penggemar setia dan mantan pegawai The Body Shop berduka atas kemunduran perusahaan ini, kebangkrutan ini juga mengajarkan sebuah pelajaran penting bagi industri kecantikan secara keseluruhan. Ini menjadi pengingat bahwa, meskipun konsumen semakin sadar akan keberlanjutan dan etika dalam pembelian mereka, merek-merek harus tetap inovatif, kompetitif, dan responsif terhadap perubahan tren pasar.
Dengan demikian, kebangkrutan The Body Shop tidak hanya mengakhiri sebuah bab dalam sejarah industri kecantikan, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya adaptasi dan evolusi bagi merek-merek yang ingin tetap relevan di pasar yang terus berubah dengan cepat.
Lantas, bagaimana dengan nasib operasi The Body Shop di Indonesia?.
The Body Shop Indonesia telah mengklarifikasi isu tersebut pada 26 Februari 2024.
The Body Shop Indonesia memastikan operasional bisnis tetap berjalan. Pernyataan ini merupakan respons perusahaan terhadap kabar kebangkrutan yang terjadi di Amerika Serikat dan Kanada, hingga restrukturisasi bisnis di Inggris.
Sumber :
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7237040/terungkap-biang-kerok-the-body-shop-bangkrut-hingga-tutup-toko
https://economy.okezone.com/read/2024/03/13/320/2982585/bangkrut-di-as-the-body-shop-indonesia-pastikan-operasional-tetap-berjalan
https://bisnis.tempo.co/read/1844034/the-body-shop-ajukan-kebangkrutan-waralaba-indonesia-klaim-tak-berefek-di-tanah-air
No comments:
Post a Comment