Monday, December 11, 2023

Perang Nuklir pada Mahabharata

Gambarkan Perang Setara Nuklir Pernah Terjadi

Selasa, 29 Agt 2017 17:01 WIB  7,169x

PERISTIWA perang Mahabharata pada zaman India kuno kemungkinan besar merupakan sebuah perang berteknologi tinggi semacam perang nuklir. Pasalnya, bukti-bukti kerusakan akibat pe­rang itu menunjukkan hal tersebut.

Mahabharata, adalah sebuah wi­racarita India kuno yang terkenal, ber­bahasa Sansekerta, yang melu­kiskan tentang konflik keturunan Pandu dan Dritarastra dalam mem­perebutkan takhta kerajaan.

Bersama dengan Ramayana di­se­but sebagai 2 besar wiracarita In­dia, yang ditulis pada tahun 1500 SM, dan hingga kini sudah sampai sekitar lebih dari 3.500 tahun. Fakta se­jarah yang dicatat dalam buku ter­sebut, masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyele­saian bukunya, artinya peristiwa yang dicatat dalam buku, kejadian­nya hingga kini kira-kira telah lebih dari 5.000 tahun yang lalu.

Buku ini telah mencatat kehidu­pan dua saudara sepupu yakni Ku­ra­wa dan Pandawa yang hidup di te­pian sungai Gangga, serta dua kali perang hebat antara kerajaan Alengka dan Astina. Namun yang membuat orang tidak habis pikir, kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat?

Dengan menggunakan tekno­logi perang tradisional, tidak mung­kin bisa memiliki kekuatan yang be­gitu besar. Spekulasi baru de­ngan berani menyebutkan pe­rang yang dilukiskan tersebut, kemung­kinan adalah semacam pe­rang nuklir!

Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah be­ra­ni, duduk dalam Weimana (sa­ra­na terbang yang mirip pesawat ter­bang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, se­macam senjata yang mirip rudal, ro­ket yang dapat menimbulkan se­kaligus melepaskan nyala api yang gen­car di atas wilayah musuh, se­perti hujan lebat yang kencang, me­ngepungi musuh, kekuatannya sa­ngat dahsyat.

Dalam sekejap, sebuah baya­ngan yang tebal dengan cepat ter­ben­tuk di atas wilayah Pandawa, ang­kasa menjadi gelap gulita, se­mua kompas yang ada dalam ke­gelapan menjadi tidak berfungsi, ke­mudian badai angin yang dah­syat mulai bertiup, disertai dengan debu pasir, burung-burung berci­cit ­panik seolah-olah langit runtuh, bu­mi merekah.

Matahari seolah-olah bergo­yang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi ber­gon­­cang, gunung bergoyang, di ka­wa­san darat yang luas, binatang-bi­natang mati terbakar dan berubah ben­tuk, air sungai kering keron­tang, ikan udang dan lainnya se­mua­nya mati.

Saat roket meledak, suaranya ba­gaikan halilintar, membuat pra­jurit musuh terbakar bagaikan ba­tang pohon yang terbakar hangus. Jika akibat yang ditimbulkan oleh sen­jata Arjuna bagaikan sebuah ba­dai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Aleng­ka juga merupakan sebuah le­dakan nuklir dan racun debu radioaktif.

Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan me­rasa ngeri: pasukan Alengka me­numpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke-3 kota pihak musuh.

Bertebaran

Rudal ini seperti mempunyai se­­ge­nap kekuatan alam semesta, te­rang­nya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Ma­yat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan ku­ku rontok terkelupas, ba­rang-ba­rang porselen retak, bu­rung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi.

Demi untuk menghindari ke­matian, para prajurit terjun ke su­­ngai membersihkan diri dan sen­jatanya. Spekulasi perang Maha­bha­rata sebagai perang nuklir di­per­kuat dengan adanya pene­muan arkeologis.

Para arkeolog menemukan ba­nyak puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai Gangga yang terjadi pada perang seperti yang dilukiskan di atas. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan ce­kung tidak merata.

Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling ren­dah 1.800 C. Bara api yang bia­sa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.

Di dalam hutan primitif di pe­dalaman India, orang-orang juga me­nemukan lebih banyak rerun­tu­han batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin se­perti kaca, lapisan luar perabot ru­mah tangga yang terbuat dari ba­tuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi.

Selain di India, Babilon kuno, gu­run sahara, dan guru Gobi di Mo­ngolia juga telah ditemukan rerun­tuhan perang nuklir prase­jarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis de­ngan batu kaca pada kawasan per­cobaan nuk­lir saat ini.

Semua temuan arkeologis ini se­suai dengan catatan sejarah yang turun-temurun, ilmuwan bisa me­ngetahui bahwa manusia juga per­nah mengembangkan peradaban ting­gi di India pada 5.000 tahun silam.

Bahkan mengetahui cara meng­gunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan de­ngan sewenang-wenang, sehing­ga mereka meng­alami kehancuran.

Sebagai perbandingan, reaktor nuk­lir pada 2 miliar tahun silam per­nah dimanfaatkan di Oklo, Af­rika Selatan. Manusia dapat me­man­faatkan nuklir untuk tujuan da­mai, sekaligus memanfaatkan to­po­grafi alam menimbun limbah nuk­­lir, peradaban materiil taraf ting­­gi ini jelas dikembangkan me­lalui peradaban jiwa yang relatif tinggi, beroperasi selama 500 ribu ta­hun, mewakili perdamaian dan ke­makmuran 500 ribu tahun.

Kalau tidak, penggunaan senjata nuklir yang saling menyerang se­perti wiracarita yang dilukiskan da­lam peradaban India kuno, mung­kin jika tidak hancur dalam 50 tahun, akan mengalami penghan­cu­ran dengan sendirinya!

Teknologi reaktor nuklir pada ma­nusia modern baru beberapa da­sawarsa saja ditemukan, hanya de­mi masalah limbah nuklir saja telah men­jadi topik perdebatan tiada hen­ti, apalagi memperdebatkan yang lain­nya, orang sekarang benar-be­nar harus merasa malu de­ngan ma­nusia zaman prasejarah untuk hal seperti ini.

https://analisadaily.com/berita/arsip/2017/8/30/405753/gambarkan-perang-setara-nuklir-pernah-terjadi/


Fakta Ilmiah Adanya Perang Mahabharata (Perang Nuklir Zaman Prasejarah?)

# Epos Mahabarata

Kisah ini menceritakan konflik hebat keturunan Pandu dan Dristarasta dalam memperebutkan takhta kerajaan. Menurut sumber yang saya dapatkan, epos ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya peristiwa yang dicatat dalam buku ini diperkirakan terjadi pada masa ±5000 tahun yang silam.

Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya berperang di Kurukshetra. Namun yang membuat orang tidak habis berpikir adalah kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang sebegitu besarnya.

Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir! Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh. seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, dan kekuatannya sangat dahsyat.

Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup wuuus..wuuus.. disertai dengan debu pasir. Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh, bumi merekah. Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.

Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.

Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 antara Rama dan Rahwana lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke ketiga kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.

Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!

Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir? Sedangkan masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa prasejarah dimana peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia tidak ditemukan kemajuan semacam ini?

Namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.

Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.

# Penelusuran fakta ilmiah

Akhir-akhir ini perhatian saya tertuju pada sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.

Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 SM). Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).

Dalam suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu.

Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu?

Ada beberapa penelitian yang berusaha menguak tabir misteri kehidupan manusia di masa lampau ini. Tentang bagaimana kehidupan sosial hingga kemajuan ilmu dan teknologi mereka. Beberapa waktu belakangan banyak hasil penelitian yang mengejutkan. Dan dari berbagai sumber yang telah saya pelajari, secara umum penggambaran melalui berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini telah pula memberikan beberapa bahan kajian yang menarik, antara lain adalah:

Permulaan sebelum dua milyar tahun hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini teryata telah terdapat peradaban manusia. Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang demikian maju namun akhirnya menuju pada sebuah kebinasaan? Dan penyebab kebinasaan itu adalah tiada lain akibat peperangan yang pernah terjadi.

Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30.000-15.000 SM). Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).

Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo. Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.

Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.

Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir (Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir di bawah ini) dan Amerika Selatan.

Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 °C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.

Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan didalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Bukti ilmiah peradaban Veda. Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan fosil-fosil maupun artefak- alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan bahwa peradaban manusia modern telah ada sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun yang lalu. Bukti-bukti tersebut diungkapkan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan juga penganut weda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun.

Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban weda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti ; Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution: A Vedic alternative to Darwin’s Theory, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan fosil, artefak- peninggalan berupa kendi, alas kaki, alat masak dan sebagainya yang telah berusia ratusan juta tahun bahkan miliaran tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah.

Dari buku-buku tersebut juga ditemukan adanya manipulasi beberapa arkeolog dengan mengubah dimensi waktunya, hal ini bertujuan untuk mendukung teori evolusi Darwin, karena kenyataannya teori evolusi masih sangat lemah. Bukti ilmiah sudah dengan jelas menyatakan bahwa peradaban weda telah ada miliaran tahun. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa perang besar di tanah suci Kukrksetra, kota Dwaraka, sungai suci Sarasvati dan sebagainya merupakan suatu peristiwa sejarah, bukan sebagai mitologi. Setiap kali kongres para arkeolog dunia selalu menyampaikan bukti-bukti baru tentang peradaban Barthavarsa purba. Dibawah ini ditampilkan sekelumit dari bukti ilmiah tersebut.

Sebenarnya masih banyak bukti ilmiah lainnya yang menunjukkan peradaban weda tersebut, sehingga Satya yuga, Tretha yuga, Dvapara yuga dan Kali yuga dengan durasi sekitar 4.320.000 tahun merupakan suatu sejarah peradaban manusia modern yang memegang teguh perinsip dharma.

Perang Bharatayuda. Para arkeolog terkemuka dunia telah sepakat bahwa perang besar di Kuruksetra merupakan sejarah Bharatavarsa (sekarang India) yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Sekarang para peneliti hanya ingin menentukan tanggal yang pasti tentang peristiwa tersebut. Dari hasil pengamatan beserta bukti-bukti ilmiah. Dari berbagai estimasi maka dibuatlah suatu usulan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:

* Sri Krishna tiba di Hastinapura diprakirakan sekitar 28 September 3067 SM

* Bhishma pulang ke dunia rohani sekitar 17 Januari 3066 SM

* Balarama melakukan perjalanan suci di sungai Saraswati pada bulan Pushya 1 Nov. 1, 3067 SM

* Balarama kembali dari perjalanan tersebut pada bulan Sravana 12 Dec. 12, 3067 SM

* Gatotkaca terbunuh pada 2 Desember 3067 SM.

Dan banyak lagi penanggalan peristiwa-peristiwa penting sudah di kalkulasi.

* Kota kuno Dvaraka. Demikian juga keberadaan kota Dvaraka yang dulu menjadi misteri, kota tersebut disebutkan dalam Mahabharata bahwa Dvaraka tenggelam di pantai. Doktor Rao adalah seorang arkeolog senior yang dengan tekun menyelidiki dengan “marine archaeology” dan hasilnya ditemukannya reruntuhan kota bawah laut, beserta ornamennya, didaerah Gujarat. Dwaraka, kota kerajaan Sri Krishna masa lalu.

* Sungai Sarasvati. Keberadaan kota purba Harrapa dan Mohenjodaro serta keberadaan sungai suci Sarasvati telah dijumpai dalam Rig Weda, namun tidak diketahui keberadaannya, kemudian oleh NASA dengan pemotretan dari luar angkasa ternyata dijumpai sebuah lembah yang merupakan bekas sungai yang telah mengering, namun dalam kedalaman tertentu masih tampak ada aliran air di wilayah Pakistan yang bermuara ke lautan Arab, arahnya sesuai dengan yang digambarkan dalam sastra.

* Jembatan Alengka. Pemotretan luar angkasa yang dilakukan oleh NASA telah menemukan adanya jembatan mistrius yang menghubungkan Manand Island (Srilanka) dan Pamban Island (India) sepanjang 30 Km, dengan lebar sekitar 100 m, tampak pula jembatan tersebut buatan manusia dengan umur sekitar 1.750.000 tahun. Angka ini sesuai dengan sejarah Ramayana yang terjadi pada Tretha yuga. Sekarang sedang diteliti jenis bebatuannya. Jadi Ramayana itu adalah ithihasa (sejarah), bukan merupakan dongeng.

Citra dari Rama Brige sendiri sangat mudah terlihat dari atas permukaan air laut karena letaknya yang tidak terlalu dalam, yaitu hanya tergenang sedalam kira-kira 1,2 meter (jika air laut sedang surut) dengan lebar hampir 100 m.

Tahun 1972 silam, ada sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo, Republik Gabon.

* Pada tahun 1972, ada sebuah perusahaan (Perancis) yang mengimpor biji mineral uranium dari Oklo di Republik Gabon, Afrika untuk diolah. Mereka terkejut dengan penemuannya, karena biji uranium impor tersebut ternyata sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelumnya serta kandungan uraniumnya dengan limbah reaktor nuklir hampir sama. Penemuan ini berhasil memikat para ilmuwan yang datang ke Oklo untuk suatu penelitian, dari hasil riset menunjukkan adanya sebuah reaktor nuklir berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasitas kurang lebih 500 ton biji uranium di enam wilayah, diduga dapat menghasilkan tenaga sebesar 100 ribu watt. Tambang reaktor nuklir tersebut terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya.

Yang membuat orang lebih tercengang lagi ialah bahwa limbah penambangan reaktor nuklir yang dibatasi itu, tidak tersebarluas di dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan. Kalau ditinjau dari teknik penataan reaksi nuklir yang ada, maka teknik penataan tambang reaktor itu jauh lebih hebat dari sekarang, yang sangat membuat malu ilmuwan sekarang ialah saat kita sedang pusing dalam menangani masalah limbah nuklir, manusia zaman prasejarah sudah tahu cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir!

Tambang uranium di Oklo itu kira-kira dibangun dua milyar tahun yang lalu setelah adanya bukti data geologi dan tidak lama setelah menjadi pertambangan maka dibangunlah sebuah reaktor nuklir ini. Mensikapi hasil riset ini maka para ilmuwan mengakui bahwa inilah sebuah reaktor nuklir kuno, yang telah mengubah buku pelajaran selama ini, serta memberikan pelajaran kepada kita tentang cara menangani limbah nuklir.

Sekaligus membuat ilmuwan mau tak mau harus mempelajari dengan serius kemungkinan eksistensi peradaban prasejarah itu, dengan kata lain bahwa reaktor nuklir ini merupakan produk masa peradaban umat manusia. Seperti diketahui, penguasaan teknologi atom oleh umat manusia baru dilakukan dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang ini, serta mengerti betul akan cara penggunaannya.

Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan sejarah yang turun-temurun. Kita bisa mengetahui bahwa manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan dengan sewenang-wenang, sehingga mereka mengalami kehancuran.

Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif. Masa primitif ini berakhir dengan munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.

Lagi-lagi perang dan haus kekuasaanlah yang mengakibatkan manusia menjadi terpuruk. Dan hal ini patut kita renungkan lebih seksama sebagai buah pelajaran bahwa mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak bisa mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tersisa hanya setumpuk jejak saja. Lalu bagaimana kita menyikapi atas penemuan ini?

Saudaraku, sebagai manusia sekarang, jika kita abaikan terhadap semua peninggalan-peninggalan peradaban prasejarah ini, sudah barang tentu kita pun tidak akan mempelajarinya secara mendalam, apalagi menelusuri bahwa mengapa sampai tidak ada kesinambungannya, lebih-lebih untuk mengetahui penyebab dari musnahnya sebuah peradaban itu. Dan apakah perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi kita sekarang akan mengulang seperti peradaban beberapa kali sebelumnya? Betulkah penemuan ini, serta mengapa penemuan-penemuan peradaban prasejarah ini dengan teknologi manusia masa kini begitu mirip? Semua masalah ini patut kita renungkan dalam-dalam sebagai upaya tidak mengulangi kesalahan fatal yang pernah dilakukan.

https://manacikapura.wordpress.com/tattwa/fakta-ilmiah-adanya-perang-mahabharata-perang-nuklir-zaman-prasejarah/


Bharatayudha, Sebuah Perang Nuklir?

Sumber:website

Mahabharata, adalah sebuah wiracarita India kuno yang terkenal, berbahasa Sansekerta, yang melukiskan tentang konflik keturunan Pandu dan Dritarastra dalam memperebutkan takhta kerajaan. Bersama dengan Ramayana disebut sebagai 2 besar wiracarita India, yang ditulis pada tahun 1500 SM, dan hingga kini sudah sampai sekitar lebih dari 3.500 tahun.

Fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut, masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya, artinya peristiwa yang dicatat dalam buku, kejadiannya hingga kini kira-kira telah lebih dari 5.000 tahun yang silam.

Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga, serta dua kali perang hebat antara kerajaan Alengka dan Astina. Namun yang membuat orang tidak habis pikir, kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang begitu besar. Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir!

Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal, roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, kekuatannya sangat dahsyat.

Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup, wuuus.... wuuus...., disertai dengan debu pasir, burung-burung bercicit panik... seolah-olah langit runtuh, bumi merekah.

Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus. Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.

Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke-3 kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.

Spekulasi perang Mahabharata sebagai perang nuklir diperkuat dengan adanya penemuan arkeologis. Para arkeolog menemukan banyak puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai Gangga yang terjadi pada perang seperti yang dilukiskan di atas. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.

Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan sejarah yang turun-temurun, kita bisa mengetahui bahwa manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan dengan sewenang-wenang, sehingga mereka mengalami kehancuran.

Sebagai perbandingan, reaktor nuklir pada 2 miliar tahun silam pernah dimanfaatkan di Oklo, Afrika Selatan. Manusia dapat memanfaatkan nuklir untuk tujuan damai, sekaligus memanfaatkan topografi alam menimbun limbah nuklir, peradaban materiil taraf tinggi ini jelas dikembangkan melalui peradaban jiwa yang relatif tinggi, beroperasi selama 500 ribu tahun, mewakili perdamaian dan kemakmuran 500 ribu tahun. Kalau tidak, penggunaan senjata nuklir yang saling menyerang seperti wiracarita yang dilukiskan dalam peradaban India kuno, mungkin jika tidak hancur dalam 50 tahun, akan mengalami penghancuran dengan sendirinya!

Teknologi reaktor nuklir pada manusia modern baru beberapa dasawarsa saja ditemukan, hanya demi masalah limbah nuklir saja telah berdebat tiada henti, apalagi memperdebatkan yang lainnya, kita benar-benar harus merasa malu dengan manusia zaman prasejarah untuk hal seperti ini.

https://m.facebook.com/media/set/?set=a.128854857676&type=3&comment_id=10151603615052677


5 Senjata Paling Sakti di Perang Mahabharata, Daya Ledaknya Setara Bom Atom dan Nuklir di Zaman Modern 

Ken Supriyono - 10 Februari 2022, 11:27 

Semua kesatria yang dikisahkan dalam Mahabharata hampir semuanya hebat dan memiliki senjata dari anugerah Dewa. Senjata itu konon ada yang setara dengan bom atom dan nuklir serta persenjataan dalam peperangan zaman modern. Dalam Mahabharata dikisahkan, para kesatria hebat itu memiliki kemampuan menyusun perang dan menggunakan senjata-senjata sakti dari anugerah Dewa itu. Karenanya, dalam peperangan di Kuruksetra Mahabharata selama 18 hari banyak berjatuhan korban jiwa dari kedua belah pihak, baik Kurawa dan Pandawa. Konon hingga jutaan jiwa melayang. 

Hal itu tak lepas dari senjata sakti yang digunakan para kesatria yang dalam medan peperangan Mahabharata. Berikut 5 Senjata Terkuat dalam kisah Mahabharata yang dilansir dari Widya Bali Channel: 

1. Panah Pasopati 

Panah Pasopati merupakan anugerah Dewa Siwa kepada Arjuna, yang telah melakukan tapa di Gunung Indra Kila saat menjalani pengasingan selama 12 tahun. Panah dengan berbentuk ujung bulang sabit itu pernah digunakan Dewa Siwa untuk menghancurkan Benteng Tritpura, yang merupakan tiga benteng besar Kota Asura. Arjuna yang Tanpa Senjata saat Perang di Kuruksetra Mahabharata Di tangan Arjuna, Pusaka Pasopati sangat perkasa. Dengan keahliannya, ia mampu membinasahkan Prabu Nirwanakaca, pemimpin Asura. Dalam perang Mahabharata, Arjuna menggunakan Panah Pasopati untuk membunuh Raja Jayadrata. Juga untuk mengalahkan Karna Raja Angga di medan kuruksetra. 

2. Panah Indrastra atau Vasavi Shakti 

Panah Indrastra atau yang disebut Konta Wijaya dalam tradisi wayang Jawa, merupakan pusaka sakti anugerah Dewa Indra kepada Karna. Karna mendapatkannya ketika ia memberikan baju besi dan anting dari Dewa Surya kepada Dewa Indra yang menyamar sebagai Brahmana miskin. Baca Juga: Alasan Kresna Membantu Pandawa Membunuh Karna, Bisma dan Guru Drona dalam Perang Mahabharata Panah Indrastra hanya dapat digunakan sekali saja. Saat perang Kuruksetra, Karna berniat menggunakan senjata itu untuk mengalahkan Arjuna dalam ketangkasan memanah. Namun, Duryodana yang terdesak memerintah Karna menggunakan senjata itu untuk membinasahkan Gatutkaca, yang banyak membinasahkan pasukan Kurawa. Hingga dalam keadaan terpaksa, Karna menggunakan Panah Indrastra untuk memanah Gatutkaca. Putra Bima yang perkasa itu pun kalah dan akhirnya tewas setelah panah Indrastra atau dikenal Vasavi Shakti menancap di dada Gatutkaca. 

3. Busur Gandiwa 

Busur Gandiwa merupakan anugerah Dewa Waruna kepada Arjuna melalui restu Dewa Agni. Busur Gandiwa menjadi senjata andalan bagi Arjuna. Baca Juga: Selain Arjuna dan Karna, Ini Nama-nama Kesatria Pemanah Hebat dalam Kisah Mahabharata Senjata suci ini pernah digunakan untuk mengusir raja ular dari Kandawa Prasta. Hutan sesungguhnya hutan itu merupakan ilusi dari Mayasura ketika Pandawa akan membangun Indraprasta. Busur itu dilengkapi kantung anak panah yang isinya tidak pernah habis, sehingga menjadikan Arjuna mampu menghebaskan anak panah secara beruntun layaknya laras panjang modern. 

4. Pusaka Brahmastra 

Senjata maha dasyat ini berbentuk anak panah dengan daya ledak luar biasa. Bahkan ledakan Brahmastra digambarkan setara dengan bom atom atau bom nuklir dalam zaman modern. Senjata ini merupakan anugerah Dewa Brahma. Ada banyak kesatria hebat yang mampu memanggil senjata ini. Di antaranya, Sri Rama, Parasurama, Guru Drona, Bisma, Aswatama dan Arjuna. Untuk menggunakan pusaka suci ini seorang kesatria harus membacakan mantra suci. Senjata itu akan membidik targetnya dan tidak akan pernah meleset dari sasaran. 

5. Cakra Sudarsana 

Senjata ini menyerupai piringan cakra berputar. Pusaka sakti ini adalah senjata Dewa Wisnu. Dalam kitab Mahabharata dijelaskan bahwa Sri Kresna adalah perwujudan langsung dewa pencipta, yaitu Dewa Wisnu, yang memiliki senjata tersebut. Sri Kresna pernah menggunakan Cakra Sudarsana untuk membunuh Sisupala yang sering bertindak adharma. Namun dalam perang Kuruksetra Mahabharata, Kresna tidak menggunakan senjata suci tersebut. Sebab, ia hanya menjadi kusir kereta dan penasehat bagi Arjuna tanpa angkat senjata.***

https://serangnews.pikiran-rakyat.com/lensa/pr-1203700074/5-senjata-paling-sakti-di-perang-mahabharata-daya-ledaknya-setara-bom-atom-dan-nuklir-di-zaman-modern?page=all

No comments:

Post a Comment