Kehancuran Sebuah Kekuasaan Legendaris
Kerajaan Singasari, yang pada puncak kejayaannya memimpin Jawa Timur abad pertengahan, merupakan salah satu titik puncak dalam sejarah kerajaan di Indonesia. Namun, kejayaan ini tidak berlangsung selamanya. Di balik kemegahan dan kejayaannya, terdapat kisah kelam tentang keruntuhan yang akhirnya menghantam kekuasaan yang pernah begitu besar ini.
Yuk, kita bahas!.
Berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293 oleh pendiri Kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya, tidak lepas dari Kerajaan Singasari, dimana Raden Wijaya yang tidak lain adalah menantu dari Raja Kertanegara, pemimpin terakhir Kerajaan Singasari.
Saat itu Kerajaan Singasari runtuh karena pemberontakan Jayakatwang, dari Kerajaan Kadiri. Sebelumnya, kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada 1222, setelah meruntuhkan Kerajaan Kediri.
Setelah Ken Arok wafat, kondisi masyarakat sedikit mengalami guncangan akibat adanya konflik politik dan balas dendam di antara keluarga kerajaan. Kejayaan Kerajaan Singasari baru terlihat pada masa Kertanegara, raja kelima sekaligus penguasa terakhir Singasari.
Di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, Singasari berhasil menguasai seluruh Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Melayu, dan Semenanjung Melayu. Kertanegara memang memiliki cita-cita menyatukan seluruh kerajaan di Nusantara di bawah kendali Kerajaan Singasari.
Untuk melaksanakan cita-cita yang disebut sebagai Wawasan Nusantara I itu, Kertanegara sering memerintahkan pasukannya untuk melakukan ekspedisi perluasan wilayah.
Sayangnya, keputusan melakukan ekspedisi ini juga membuat pertahanan Kerajaan Singasari melemah, karena angkatan perang mereka banyak dikirim ke luar pulau guna mendukung strategi penaklukkan kerajaan lain. Keadaan itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Jayakatwang, adipati Kediri, untuk memberontak dan berhasil meruntuhkan Kerajaan Singasari pada 1292.
Pada tahun 1292, dikisahkan dalam Pararaton, Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji Wijayakrama, Jayakatwang dipengaruhi Arya Wiraraja supaya memberontak. Jayakatwang merupakan keturunan Kertajaya raja terakhir Kadiri yang dikalahkan Ken Arok leluhur Kertanagara tahun 1222.
Pasukan Jayakatwang dipimpin "Jaran Guyang" bergerak menyerang Singhasari dari utara (Kahuripan). Kertanagara mengirim kedua menantunya, yaitu Raden Wijaya putra Lembu Tal dan Ardharaja putra Jayakatwang untuk melawan. Tetapi Ardharaja berkhianat dan kemudian bergabung ke dalam pasukan ayahnya.
Pasukan Jaran Guyang hanyalah pancingan supaya pertahanan ibu kota kosong. Pasukan kedua Jayakatwang menyerang dari selatan dipimpin Patih Kebo Mundaran. Saat pasukan Kebo Mundarang menyerang, Kertanagara sedang mengadakan upacara ritual keagamaannya.
Mendengar pasukan Gelanggelang menyerang, Kertanagara lalu keluar menghadapi serangan pasukan musuh, tetapi akhirnya ia tewas terbunuh bersama Mpu Raganata, Patih Kebo Anengah, Panji Angragani, dan Wirakreti.
Menurut Nagarakretagama, Kertanagara dicandikan bersama istrinya di Candi Jawi, Pasuruan sebagai Wairocana dan Locana, dengan lambang arca tunggal Ardhanareswari. Kertanegara juga disanjung sebagai titisan Budha Agung Mahakshobya oleh para keturunannya, yaitu dalam prasasti Wurare yang ditemukan di Trowulan, Mojokerto.
Kertanegara juga dicandikan di Candi Singasari, Malang, Jawa Timur oleh cucunya, Tribhuwana Wijayatunggadewi putri Raden Wijaya, ibu dari raja Majapahit, Hayam Wuruk.
Kertanegara merupakan raja terbesar Kerajaan Singasari yang tercantum dalam sejarah Nusantara. Raja Kertanegara memiliki gelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Raja Kertanegara adalah putra dari Raja Wisnuwardhana dan Jayawardhani atau Waning Hyun. Ibunya termasuk cucu dari Ken Dedes dan Ken Arok sebagai pendiri Kerajaan Singasari.
Raja Kertanegara mulai memerintah sejak tahun 1269 hingga 1292. Ketika pemerintahannya, Raja Kertanegara pernah mengirimkan ekspedisi Pamalayu.
Bahkan, wilayah kerajaan Singasari juga meluas ketika pemerintahan Raja Kertanegara. Ini bisa terjadi dengan ditaklukannya beberapa daerah seperti Bali, Sunda, Pahang, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya) dan Gurun (Maluku).
Selain itu, Raja Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Jayasinghawarman dari Kerajaan Campa.
Gara-gara dendam dan kelengahan, Kerajaan Singasari yang sedang jaya-jayanya justru runtuh pada periode yang sama. Tahun 1292 M, Maharaja Kertanegara tewas akibat gerakan pemberontakan yang dimotori oleh Jayakatwang, Bupati Gelang-gelang (kini di sekitar Madiun).
Gelang-gelang merupakan bagian dari Kadiri (Kediri). Kadiri saat itu termasuk daerah taklukan Kerajaan Singasari. Raka Revolta dalam Konflik Berdarah di Tanah Jawa (2008) menguraikan bahwa antara Jayakatwang dan Kertanegara masih berkerabat, yakni sepupu, ipar, sekaligus besan.
Berdasarkan Pararaton, Jayakatwang menyimpan dendam masa lalu terhadap leluhur Kertanegara. Jayakatwang adalah keturunan dari Raja Kadiri, Kertajaya, yang dikalahkan pendiri Singasari, Ken Arok.
Kekalahan Kertajaya membuat Kadiri jatuh ke tangan Singasari. Selain itu, keputusan Jayakatwang memberontak merupakan hasutan dari Aria Wiraraja. Wiraraja diduga kuat sebagai aktor intelektual terjadinya pemberontakan yang mengakhiri sejarah Kerajaan Singasari tersebut.
Aria Wiraraja sebenarnya mantan pejabat tinggi di Kerajaan Singasari. Namun, oleh Kertanegara ia dimutasi ke Sumenep, Madura, lantaran sering menentang kebijakan raja. Tak heran jika Aria Wiraraja menyimpan kekesalan terhadap Kertanegara.
Selain faktor dendam, kelengahan Kertanegara juga menjadi penyebab hancurnya Singasari. Kala itu, kekuatan militer Singasari belum seutuhnya lengkap karena sebagian besar masih dalam perjalanan pulang dari Ekspedisi Pamalayu.
Aria Wiraraja berkata kepada Jayakatwang bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menggulingkan Kertanegara dari takhtanya. Atas saran Aria Wiraraja pula, demikian dikisahkan oleh Pararaton, Jayakatwang mengirim pasukan yang dinamakan Jaran Guyang untuk menyerbu Singasari dari arah utara.
Raja Kertanegara yang mendengar rencana itu segera memerintahkan menantunya, yakni Raden Wijaya, untuk memimpin pasukan guna menangkal serangan Jayakatwang. Ternyata, pergerakan Jaran Guyang hanya taktik Aria Wiraraja semata.
Raden Wijaya memang berhasil mengalahkan pasukan Jaran Guyang. Namun, Jaran Guyang ternyata cuma pasukan kecil yang dikirim sebagai pengalihan agar pertahanan di ibu kota Singasari tempat Raja Kertanegara bersemayam kosong.
Jayakatwang segera mengirimkan pasukan yang jauh lebih besar ke Singasari. Lantaran sebagian besar kekuatan militer Singasari yang dipimpin Raden Wijaya belum kembali, pasukan Jayakatwang berhasil menduduki istana, bahkan Kertanegara terbunuh dalam insiden itu.
Wafatnya Maharaja Kertanegara pada 1292 M berarti tamat pula riwayat Kerajaan Singasari. Jayakatwang kemudian menjadi raja di Kadiri yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Singasari.
Namun, itu bertahan tidak lama. Kekuasaan Jayakatwang di Kadiri dihancurkan oleh menantu Kertanegara, Raden Wijaya, hanya dalam waktu setahun. Kemudian, di warsa yang sama, 1293 M, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit sebagai penerus Singasari.
Sumber :
https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/20/100000379/hubungan-kerajaan-singasari-dengan-kerajaan-majapahit?page=all.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kertanagara
https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/mengenal-kertanegara-raja-terkenal-kerajaan-singasari-20HHNyrsyCJ/full
https://tirto.id/sejarah-hidup-kertanegara-raja-terbesar-dan-terakhir-singasari-gii3#google_vignette
No comments:
Post a Comment