Gunung Kelud, barangkali tidak seterkenal Gunung Merapi di Jawa Tengah, bahkan mungkin sebagian orang baru mengenal Kelud setelah gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Blitar dan Kediri itu meletus dahsyat pada bulan Februari 2014 lalu.
Namun, bagi sebagian orang yang mengenal gunung yang 'hanya' setinggi 1.776 meter dari bawah permukaan laut (Mdpl), tentu tidak akan heran gunung itu membuat heboh Indonesia, karena sempat 'melumpuhkan' aktivitas kehidupan hampir seluruh Pulau Jawa.
Kelud yang dalam bahasa Belandanya disebut Klut, Cloot, Kloet atau Kloete ini, telah melakukan geliatnya sejak abad ke-15. Kelud tidak kalah serita mistiknya dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah.
Kemistikan Kelud
Jika letusan Gunung Merapi sering dikaitkan dengan bakal adanya pergantian kekuasaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Salah satu yang diyakini adalah ketika naiknya Panembahan Senopati sebagai penguasa Mataram Islam. Di salah satu bagian buku Babad Tanah Jawa disebutkan Panembahan Senopati berhasil mengalahkan Raja Pajang Sultan Hadiwijaya, yang notabene adalah ayah angkatnya dibarengi dengan letusan Gunung Merapi.
Lalu, apa cerita di balik letusan Gunung Kelud yang berada di tiga kabupaten Jawa Timur itu, Blitar, Kediri dan Malang, yang termasuk gunung teraktif di tanah air bersama Gunung Merapi, Jawa Tengah?
Gunung tersebut bertipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif hingga dampak letusan pada Kamis malam mencapai ratusan kilometer.
Wikipedia menyebutkan korban dari gunung tersebut mencapai 15.000 jiwa, yang dimulai sejak 1586 dengan jumlah 10.000 jiwa termasuk pada 1919.
Kelahiran Tokoh Besar
Pada abad ke-20, terjadi beberapa kali erupsi sejak 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990, kemudian abad ke-21, terjadi pada 2007, 2010 dan 2014.
Setidaknya bersamaan dari letusan Gunung Kelud tersebut, lahir dua tokoh yang menjadi cikal bakal pemimpin besar di nusantara ini, yakni, Hayam Wuruk, Raja ke-4 Majapahit dan Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
Hayam Wuruk
Buku "Sejarah Raja-Raja Jawa dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam" karya Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, menyebutkan Hayam Wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan Kertawardhana Bhre Tumapel (Cakradara) pada 1334.
Kelahiran Hayam Wuruk yang bermakna "ayam terpelajar" itu, versi Pararaton atau Wu-lao-po-wi (versi kronik Jawa) merupakan cucu dari Dyah Wijaya dan Gayatri dari pihak ibu, atau cucu dari Kebo Anabrang dari pihak ayah.
Dalam buku itu juga menyebutkan kelahiran Hayam Wuruk tersebut bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud dan gempa bumi di Panbanyu, serta ditandai dengan pengikraran "Sumpah Palapa" dari Patih Amangkubhumi Gajah Mada.
Hingga saat dirinya berusia 17 tahun, dinobatkan menjadi Raja Mahapahit ke-4 menggantikan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi.
Semasa pemerintahannya itu, Majapahit berhasil mengembangkan wilayah kekuasannya sampai ke seluruh nusantara.
Dari Wikipedia menyebutkan Kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII dan XIV, berikut adalah daerah-daerah yang diakui sebagai taklukan atau bawahan Majapahit (disebut sebagai mancanagara). Negara-negara taklukan di Jawa tidak disebut karena masih dianggap sebagai bagian dari "mandala" kerajaan.
Putra Sang Fajar
Putra Sang Fajar Demikian pula, Presiden RI Pertama Soekarno yang dilahirkan dua pekan setelah Gunung Kelud meletus pada 22-23 Mei 1901 pukul 06.00 WIB dari pasangan suami istri, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901.
Sebelumnya Soekarno bernama Koesno Soesrodihardjo, tetapi karena sering sakit-sakitan hingga namanya diganti menjadi Soekarno.
Ibundanya berkata, "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar menyingsing." "Kita orang Jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu! Jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini putra sang fajar".
Perkataan itu terbukti Presiden Soekarno yang dikenal dengan Bung Karno itu menjadi Presiden RI pertama, dan namanya harum di seluruh dunia dengan nasionalismenya yang tinggi hingga dapat mempersatukan seluruh wilayah di nusantara, dan dia pun sangat anti kolonialisme dan imperialisme.
Jokowi
Terakhir apakah Pilpres 2014 akan melahirkan tokoh besar sebagai Presiden Indonesia yang dapat meraih keemasan? Semoga..
Sumber : http://forum.viva.co.id
No comments:
Post a Comment